02 February 2014

Tragedi tampomas 2

Tampomas.. sebuah kapal bekas
tampomas terbakar di laut lepas...
Itulah sedikit lirik lagu tampomas yang di populerkan oleh Iwan fals

Sedikit tentang...
KMP Tampomas II adalah kapal penumpang
milik Pelni (Pelayaran Nasional Indonesia)
yang mengalami kebakaran dan tenggelam di
sekitar Kepulauan Masalembo di
(114°25′60″BT — 5°30′0″LS) Laut Jawa
(termasuk ke dalam wilayah administratif
Provinsi Jawa Timur ). KMP merupakan
singkatan dari Kapal Motor Penumpang. Kapal
yang dinakhodai oleh Kapten Abdul Rivai
kelahiran Bengkulu 23 Agustus 1936 ini,
sedang menempuh perjalanan dari Jakarta
menuju Sulawesi dan karam pada tanggal 27
Januari 1981 . Musibah ini menyebabkan
tewasnya ratusan penumpang kapal tersebut.
Selayang pandang
KMP Tampomas II yang semula bernama MV
Great Emerald diproduksi tahun 1956 oleh
Mitsubishi Heavy Industries di Shimonoseki,
Jepang, tergolong jenis Kapal RoRo (Roll On-
Roll Off) dengan tipe Screw Steamer berukuran
6139 GRT (Gross Registered Tonnage) dan
berbobot mati 2.419.690 DWT (Dead-Weight
Tonnage). Dimodifikasi ulang (Retrofit) tahun
1971 di Taiwan. Kapal ini berkapasitas
1250-1500 orang penumpang, dengan
kecepatan maksimum 19.5 knot . Memiliki lebar
22 meter dan Panjang 125,6 meter.
Kapal ini dibeli oleh PT. PANN (Pengembangan
Armada Niaga Nasional) dari Pihak Jepang,
Comodo Marine Co. SA seharga US$ 8.3 Juta.
Kemudian PT. PELNI (Pelayaran Nasional
Indonesia) membeli secara mengangsur selama
sepuluh tahun kepada PT. PANN. Berbagai
pihak telah heran akan mahalnya harga kapal
ini, mengingat pernah ditawarkan ke
Perushaan Pelayaran Swasta lain hanya
seharga US$ 3.6 Juta. Berbagai pihak,
termasuk Jepang sendiri telah menyatakan
kapal ini afkir karena telah berumur 25 tahun.
Begitu dioperasikan, kapal penumpang ini
langsung dipacu untuk melayani jalur Jakarta -
Padang dan Jakarta -Ujungpandang yang
memang padat. Setiap selesai pelayaran, kapal
ini hanya diberi waktu istirahat selama 4 jam
dan harus siap untuk melayani pelayaran
selanjutnya. Perbaikan dan perawatan rutin
terhadap mesin dan perlengkapan kapal pun
hanya dapat dilaksanakan sekedarnya saja,
padahal mengingat usianya yang sudah cukup
berumur, seyogyanya kapal ini perlu mendapat
perawatan yang jauh lebih cermat.
Namun di balik semua kejanggalan itu,
Pelayaran perdana Tampomas II dilakukan
pada 2 Juni sampai dengan 13 Juni 1980.
Rute yang ditempuh ialah Padang-Jakarta-
Ujungpandang. Pelayaran tersebut mengajak
serta sejumlah wartawan dan anggota DPR.
Pada pelayaran ini pun, yang diikuti oleh
beberapa anggota DPR, mereka sempat
menyaksikan sendiri dan turut pula
mempertanyakan perihal mesin yang sering
mengalami kerusakan selama perjalanan.
Anggota DPR dari Fraksi PDIP, Ahmad
Soebagyo menyebutkan berbagai kejanggalan
selama perjalanan diantaranya kapal yang
berputar-putar dalam radius yang sama
dikarenakan rusaknya salah satu Knop
Otomatis pengatur mesin kapal, dan
dibatalkannya Acara Show Kapal karena
matinya aliran listrik dalam waktu yang lama.
Menurut seorang wartawan, enam kali mesin
kapal rusak selama dalam perjalanan.
Musibah
KMP Tampomas II bertolak dari Dermaga
Tanjung Priok hari Sabtu, 24 Januari 1981
Pukul 19.00 WIB dengan tujuan Ujungpandang,
perjalanan seyogyanya memakan waktu 2 hari
2 malam di atas laut, sehingga diperkirakan
hari Senin, 26 Januari 1981 Pukul 10.00 WIB
akan tiba. Seorang pemandu kapal
menyebutkan bahwa salah satu mesin kapal
telah mengalami kerusakan sebelum bertolak.
Kapal membawa Puluhan Kendaraan Bermotor
termasuk Mesin Giling SAKAI, Skuter Vespa, dll
yang diletakkan di Cardeck. Berdasarkan Data
Manifest Kapal menyebutkan, terdapat 191
Mobil dan 200 Motor di atas kapal. Dalam
Pelayaran tersebut, sebanyak 1055 Penumpang
Terdaftar dan 82 Awak Kapal berada di atas
kapal. Estimasi Total Penumpang adalah 1442
termasuk penumpang gelap.
24 Januari malam, tidak terjadi apa-apa. Yang
terlihat hanyalah awan senja yang memukau
dan pemandangan Laut Jawa yang datar.
Namun diakui ombak Januari memang sangat
besar dibandingkan di bulan-bulan lain, ombak
setinggi 7-10 meter dengan kecepatan angin
15 knot sangat wajar terjadi. Di dalam kapal
sendiri direncanakan sebuah Acara Show di Bar
Kapal dengan Penyanyi Ida Farida dari Band
Kapal. Namun berbagai tanda keanehan
terjadi, diantaranya dibawakannya Lagu Salam
Perpisahan oleh seorang yang bernama Ferry,
yang kemudian tidak diketahui keberadaannya.
25 Januari pagi, keadaan berlangsung seperti
biasa. Namun, 25 Januari Malam, sekitar Pukul
20.00 WITA, dalam kondisi badai laut yang
hebat, beberapa bagian mesin mengalami
kebocoran bahan bakar, dan puntung rokok
yang berasal dari ventilasi menyebabkan
percikan api. Para kru melihat dan mencoba
memadamkannya menggunakan tabung
pemadam portabel, namun gagal. Api semakin
menjalar ke kompartemen mesin karena pintu
dek terbuka. Akibatnya selama 2 jam tenaga
utama mati, dan generator darurat pun gagal
(Failure) dan usaha pemadaman pun
dihentikan karena sudah tidak memungkinkan.
Ditambah dengan bahan bakar yang ternyata
masih terdapat disetiap kendaraan,
menyebabkan api merambat dan membakar
semua dek dengan cepat. 30 menit setelah api
muncul, para penumpang diperintahkan menuju
dek atas dan langsung menaiki sekoci. Namun
hal ini berlangsung lambat, karena hanya ada
1 pintu menuju dek atas. Begitu berada di dek
atas, para ABK dan Mualim Kapal tidak ada
yang memberitahu arah dan lokasi sekoci.
Beberapa ABK malah dengan egois
menurunkan sekoci bagi dirinya sendiri. Dari 6
sekoci yang ada, masing-masing hanya
berkapasitas 50 orang. Sebagian penumpang
nekat terjun bebas ke Laut, dan sebagian lagi
menunggu dengan panik pertolongan
selanjutnya.
Kapal lain yang pertama melakukan
pertolongan adalah KM Sangihe dengan
nakhoda kapal Kapten Agus K. Sumirat,
Sumirat merupakan teman satu angkatan
Abdul Rivai di Akademi Ilmu Pelayaran lulusan
tahun 1959. KM Sangihe sendiri dalam
perjalanan dari Pare-pare menuju Surabaya
untuk melakukan perbaikan kerusakan
mesinnya. Mualim I KM Sangihe, J. Bilalu yang
pertama melihat kepulan asap dari arah barat
dan mengira kepulan asap berasal dari sumur
minyak lepas pantai Pertamina . Markonis KM
Sangihe Abubakar mengirimkan pesan morse
SOS pada pukul 08.15. KM Ilmamui menyusul
untuk melakukan pertolongan dan tiba pada
pukul 21.00 disusul empat jam kemudian kapal
tangker Istana VI dan masih berdatangan kapal
lain yaitu kapal Adhiguna Karunia dan KM
Sengata milik PT Porodisa Lines.
Tanggal 26 Januari pagi, Laut Jawa dilanda
hujan yang sangat deras. Api mulai menjalar
ke ruang mesin di mana terdapat bahan bakar
yang tidak terisolasi. Akibatnya pagi hari
tanggal 27 Januari, terjadi ledakan di ruang
mesin dan membuatnya penuh oleh air laut.
Ruang Propeller dan Ruang Generator turut
pula terisi air laut, yang mengakibatkan Kapal
miring 45 derajat.
Akhirnya pada siang hari tanggal 27 Januari
1981 Pukul 12.45 WIB atau Pukul 13.45 WITA
(sekitar 30 jam setelah percikan api pertama),
KMP Tampomas II tenggelam ke dasar Laut
Jawa untuk selamanya, bersama 288 korban
tewas di Dek Bawah.
Kapten Abdul Rivai termasuk yang terakhir
meninggalkan kapal, sebelumnya ia sempat
mengirimkan pesan kepada nakhoda KM
Sangihe "Tolong kirimi saya air dan makanan,
karena saya akan tetap berada di kapal
sampai detik terakhir". Pesan tersebut
disampaikan melalui awak kapal Tampomas II
yang berhasil menyeberang ke KM Sangihe
yang bernama Bakaila. Tetapi permintaan
tersebut tidak dapat dipenuhi oleh Agus K.
Sumirat nakhoda KM Sangihe.
Korban
Seluruh penumpang yang terdaftar berjumlah
1054 orang, ditambah dengan 82 awak kapal.
Namun diperkirakan keseluruhan penumpang
berjumlah 1442 orang, termasuk sejumlah
penumpang gelap. Sebuah sumber
menyebutkan angka taksiran jumlah
penumpang gelap sekitar 300 orang. Tim
penyelamat memperkirakan 431 orang tewas
(143 mayat ditemukan dan 288 orang hilang
bersama kapal), sementara 753 orang berhasil
diselamatkan. Sumber lain menyebutkan angka
korban yang jauh lebih besar, hingga 666
orang tewas. Dari catatan kapal tangker Istana
VI berhasil menyelamatkan 144 penumpang
Tampomas dan 4 jenazah, sementara KM
Sengata menyelamatkan 169 orang dan 2
jenazah, kapal lain KM Sonne tercatat
menemukan 29 Mayat termasuk mayat
Nakhoda KMP Tampomas II Kapten Abdul
Rivai. Odang Kusdinar Markonis KM
Tampomas II selamat, ia ditemukan bersama
62 penumpang dalam sekoci di dekat Pulau
Duang-Duang Besar, 240 km sebelah timur
tempat Tampomas tenggelam pada hari Jumat
30 Januari 1981 pukul 05.00
Hasil penyelidikan
Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin dalam
penjelasannya pada pers di kantor Departemen
Perhubungan, mengatakan tidak terjadi hal
yang abnormal di ruang mesin. Kelainan terjadi
pada ruang geladak kendaraan, khususnya
pada kendaraan roda dua yang terletak di
sebelah belakang. Karena guncangan
gelombang laut yang cukup kuat
memungkinkan untuk timbul percikan api dan
menyebar. Masinis III Tampomas II Wishardi
Hamzah mengatakan bahwa Tampomas II
tidak memiliki sistem pendeteksi asap.
Penyelidikan yang dipimpin oleh Jaksa Bob
Rusli Efendi Nasution sebagai kepala Tim
Perkara tidak memberikan hasil yang berarti,
sebab semua kesalahan ditudingkan kepada
para awak kapal. Ada kesan bahwa kasus ini
dengan sengaja ditutup-tutupi oleh pemerintah
saat itu, meskipun banyak suara dari parlemen
yang menuntut pengusutan yang lebih serius.

Sumber cerita wikipedia

Yang mau download lagunya silahkan di sini

Berikut ini review gambarnya...

Location: Semarang, Semarang

0 comments:

Post a Comment

tolong berkomentar dengan baik kalau bisa yang bersifat membangun
terima kasih